Namun Risma tidak merasa lumpuh. Segera setelah sampai arena dia latihan dalam rangka aklimatisasi serta peregangan. Meski suhu udara terus berada di kisaran 4-14 derajat celcius namun jiwa Risma tetap membara. Bagi Risma mengikuti olimpiade karate kelas dunia Basel Open Master 2013 merupakan pengalaman pertama kalinya.
Dia dijaring dari para juara Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) yang digelar di Kalimantan Timur Juli lalu. “Ini pertama kalinya saya bertanding di luar negeri. Saya senang, bangga, deg-degan. Campur aduk rasanya,” katanya ketika ditemui setelah mendarat di Bandara Soekarno Hatta, Rabu (23/10/2013).
Anak dari seorang pedagang jeruk I Wayan Reken ini mengaku pesaing terberat dari Basel Open ialah peserta dari Swiss. Namun Risma ini kecil-kecil cabe rawit. Dia mengaku hanya takut sebentar saja ketika akan mengikuti Kumite Perorangan atau tanding satu lawan satu. Padahal tinggi badan pesainganya yang berasal dari Eropa itu dua kali tinggi badannya yang hanya 125 cm.
Beruntungnya, Risma mempunyai mental juara yang tinggi. Karena pendek dia menyasar untuk menghajar perut lawanya untuk mencari angka. Alhasil, gadis yang mempunyai berat badan 47 kilogram ini mendapatkan medali perak. Tidak hanya perak, Risma yang bercita-cita menjadi guru olahraga ini pun mengejar medali emas di nomor Kata Perorangan.
Gadis berambut pendek kelahiran Batu Selatan, 12 Februari 2000 ini memang mengaku nomor Kata lebih sulit daripada nomor Komite. Dia beralasan, sejak Senin-Minggu dari pukul 16.00 WITA-19.00 WITA dia selalu latihan untuk mencapai kesempurnaan bentuk dalam keindahan alunan gerak dan irama. Hasilnya, medali emas internasional pun diraihnya.
Bagi Risma, karate adalah panggilan jiwa. Awalnya dia menggeluti olahraga beladiri asal Jepang ini karena melihat seniornya berlatih karate disekolahnya. Terpana dengan gerakan indah nan penuh kekuatan itu dia meminta izin ayahnya untuk berlatih. Restu pun diraih hingga dia meraih gelar sabuk hitam yang sayangnya karena umurnya belum cukup dia masih memegang sabuk coklat saat ini.
Selain menjadikan karate sebagai hobi olahraga namun Risma menjadikan karate sebagai pertahanan diri. Misalnya, ketika dia diledek oleh teman laki-lakinya dia mengajak untuk berkelahi satu lawan satu. “Waktu itu saya baru kelas satu. Saya sebel karena sering digodain ama cowok itu. Ya saya tonjok saja dia,” ujarnya sambil tersenyum ceria.
Kasubdit Kelembaagaan dan Peserta Didik Direktorat Pembinaan SMP Ditjen Dikdas Supriano mengatakan, Indonesia meraih lima emas, tiga perak dan lima perunggu pada Basel Open Master yang diselenggarakan pada 19-20 Oktober lalu. Selain Risma, Yolanda Lusiana Tuasela (Jatim) meraih emas di Kata Perorangan begitu pula Hans Saputra (Jatim). Dilanjutkan oleh Jihan Sakinah Putri Fadila (Jabar) dan Irfan Arsal Fahsya (Jabar) yang mendapatkan medali emas di Kata Perorangan.
Indonesia menjadi negara di Asia Tenggara dan merupakan keikutsertaan untuk pertama kalinya di kejuaraan yang dikkuti 29 negara. Mayoritas negara yang ikut berasal dari Eropa seperti Republik Ceko, Austria, Belgia,Ukraina,Wales,Slovakia, Jerman, Perancis, Denmark dan Inggris.
Menurut dia, perjuangan luar biasa diperlihatkan oleh tim karate Indonesia dimana pada saat final dari empat lapangan yang ada menyajikan peserta dari Indonesia semua. Sapu bersih emas di nomor Kata Perorangan Junior sangat mengejutkan public di kejuaraan tersebut.
Terbukti dengan dipanggilnya manajer, official dan pelatih tim karate pelajar SMP dan SMA oleh organizing committee (OC) hanya untuk menyatakan rasa kagum dan bangga. Bahkan panitia mengundang secara khusus tim dari Indonesia pada kejuaraan yang sama tahun depan.
“Panitia memang hanya menyediakan lapangan sementara akomodasi harus kami sediakan sendiri. Namun untuk tahun depan kami diberikan diskon karena prestasi yang diraih anak-anak tahun ini,” terangnya bangga.
Sumber : http://sports.sindonews.com/read/2013/10/23/52/797559/karateka-belia-asal-bali-raih-emas-di-basel